03/09/13

Catatan Produser Resepsi




oleh Nara Indra


Saya tertarik untuk menambahkan sedikit cerita-cerita kecil yang tiba-tiba teringat setelah membaca tulisan ini, tentu saja berdasarkan pandangan pribadi :

Di "Resepsi" ini, untuk pertama kalinya saya harus meregang mata tiga hari penuh tak tidur untuk menyelesaikan cerita awalnya (dengan bantuan yg tak terkira dari Borneo dan Widi sebagai tempat konsultasi dan motivasi). Dan untuk pertama kalinya pula, hanya untuk satu produksi, saya sampai membuat 4 buah draft yang keempatnya punya alur dan konsep yang berbeda. Bar iki sisan tak nggarap sandiwara radio 2 season lah!! Uyeeaah!!

Dari sisi adaptasi naskah, jujur saja, sangat melelahkan melihat duo Maulvi DM dan Dewi Kharisma Michellia berdebat sengit setiap hari. Mempersatukan dua orang dengan pendekatan yang berbeda-beda tetapi tetap sama jua (atos-nya). Tapi seperti kata pepatah, "ada harga ada rupa, ada urat ada karya". Bakso uratnya satu mas, ndak pake bihun. Hehehe.

Dari sisi teknis, untung sekali Danang Arif akhirnya comeback sebagai soundman dan (lagi-lagi) aktor yg 'dingin'. Comeback-in-style ala The Count of Monte Cristo. Tapi besok2 jangan ndagel pas sutradara belum bilang 'cut' yo nang. Kesemutan le ngenteni syuting nek kudu diulang je!! Hehehehe.

Sinematografi PTSF juga mendapatkan peningkatan yg signifikan berkat Nindias Nur Khalika yang rela membantu di tengah kesibukannya. Akhirnya secara literal kami punya "director of photography" di pos tersendiri. 

(teringat percakapan-tidak-penting dengan molvi : mol, kuwi kamerane ajeng wangun yo - menurutmu, nar?? - aku kan rak dong kamera mol, ngertine mung Kodak mbiyen. tapi sepertinya canggih yo - kuwi pancen canggih, le!!)

Dari sisi administrasi dan hal-hal teknis lainnya, Satwika Paramasatya memang jagonya. Di tengah-tengah kesibukan sekolah SS-nya (S2 to??), masih rela jungkir balik mengurusi ijin dll. Untuk pertama kalinya pula PTSF pakai mobil dinas di produksi ini!! Selain sebagai spotter kereta (yang notabene bertanggung-jawab atas nyawa kru yg lain), Satya juga kerja sangat efektif mengawal Resepsi ke FFS waktu saya lagi riset di Indramayu.

Dan terimakasih tak terkira buat para pemeran cerita ini Adib Muhammad dan Nella Puspitasari yang rela diberikan kelas akting tambahan "pada sebuah senja jingga dimana angin sore merambati dinding-dinding di puncak perpustakaan gadjah mada" (modyar wae bosoku!!). Terimakasih karena sudah pasrah 'diapa-apakan' selama rehearsal dan syuting. Hehehe.

Terimakasih banyak pula buat kawan-kawan Jalan Pulang atas Lagu Berdua sebagai pencipta semesta di film ini, mas Windu Jusuf dan mas Yosep Anggi Noen atas masukan-masukan di cerita & naskahnya, Agi Ekasaputro yang masih sempat terlibat di survey dan rapat meskipun sudah hendak meninggalkan Jogja, Yohannes Oktama Ardito sebagai konsultan lokasi dari Railfans, Danistya Kaloka sebagai kru tambahan dan kontributor musik dan masih banyak pihak lain. Yakinlah bahwa keterbatasan jatah tag dan mentions tidak membuat kami melupakan kalian semua.


(seperti dikopas dari fesbuk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar