oleh
Nara Indra
Saya
tertarik untuk menambahkan sedikit cerita-cerita kecil yang tiba-tiba teringat
setelah membaca tulisan ini, tentu saja berdasarkan pandangan pribadi :
Di
"Resepsi" ini, untuk pertama kalinya saya harus meregang mata tiga
hari penuh tak tidur untuk menyelesaikan cerita awalnya (dengan bantuan yg tak
terkira dari Borneo dan Widi sebagai tempat konsultasi dan motivasi). Dan untuk
pertama kalinya pula, hanya untuk satu produksi, saya sampai membuat 4 buah
draft yang keempatnya punya alur dan konsep yang berbeda. Bar iki sisan tak
nggarap sandiwara radio 2 season lah!! Uyeeaah!!
Dari
sisi adaptasi naskah, jujur saja, sangat melelahkan melihat duo Maulvi DM dan
Dewi Kharisma Michellia berdebat sengit setiap hari. Mempersatukan dua orang
dengan pendekatan yang berbeda-beda tetapi tetap sama jua (atos-nya). Tapi
seperti kata pepatah, "ada harga ada rupa, ada urat ada karya". Bakso
uratnya satu mas, ndak pake bihun. Hehehe.
Dari
sisi teknis, untung sekali Danang Arif akhirnya comeback sebagai soundman dan
(lagi-lagi) aktor yg 'dingin'. Comeback-in-style ala The Count of Monte Cristo.
Tapi besok2 jangan ndagel pas sutradara belum bilang 'cut' yo nang. Kesemutan
le ngenteni syuting nek kudu diulang je!! Hehehehe.
Sinematografi
PTSF juga mendapatkan peningkatan yg signifikan berkat Nindias Nur Khalika yang
rela membantu di tengah kesibukannya. Akhirnya secara literal kami punya
"director of photography" di pos tersendiri.
(teringat
percakapan-tidak-penting dengan molvi : mol, kuwi kamerane ajeng wangun yo -
menurutmu, nar?? - aku kan rak dong kamera mol, ngertine mung Kodak mbiyen.
tapi sepertinya canggih yo - kuwi pancen canggih, le!!)
Dari
sisi administrasi dan hal-hal teknis lainnya, Satwika Paramasatya memang
jagonya. Di tengah-tengah kesibukan sekolah SS-nya (S2 to??), masih rela
jungkir balik mengurusi ijin dll. Untuk pertama kalinya pula PTSF pakai mobil
dinas di produksi ini!! Selain sebagai spotter kereta (yang notabene
bertanggung-jawab atas nyawa kru yg lain), Satya juga kerja sangat efektif
mengawal Resepsi ke FFS waktu saya lagi riset di Indramayu.
Dan
terimakasih tak terkira buat para pemeran cerita ini Adib Muhammad dan Nella
Puspitasari yang rela diberikan kelas akting tambahan "pada sebuah senja
jingga dimana angin sore merambati dinding-dinding di puncak perpustakaan
gadjah mada" (modyar wae bosoku!!). Terimakasih karena sudah pasrah
'diapa-apakan' selama rehearsal dan syuting. Hehehe.
Terimakasih
banyak pula buat kawan-kawan Jalan Pulang atas Lagu Berdua sebagai pencipta
semesta di film ini, mas Windu Jusuf dan mas Yosep Anggi Noen atas
masukan-masukan di cerita & naskahnya, Agi Ekasaputro yang masih sempat
terlibat di survey dan rapat meskipun sudah hendak meninggalkan Jogja, Yohannes
Oktama Ardito sebagai konsultan lokasi dari Railfans, Danistya Kaloka sebagai
kru tambahan dan kontributor musik dan masih banyak pihak lain. Yakinlah bahwa
keterbatasan jatah tag dan mentions tidak membuat kami melupakan kalian semua.
(seperti
dikopas dari fesbuk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar