20/07/12

The Dark Knight Rises : Batman yang Gamang



resensi oleh Maulvi


The Dark Knight Rises (TDKR) adalah salah satu film yang paling diantisipasi dalam setahun ini, bahkan mungkin dalam tiga tahun terakhir, terutama karena kehebatan The Dark Knight (TDK) pada 2008 lalu. Christoper Nolan, yang sebelumnya belum terlalu terlihat seakan menemukan panggungnya di mata sineas dunia, di mana kemudian film-film terdahulunya kembali dilihat dan diagung-agungkan. TDK menciptakan gelombang baru dalam genre film super-hero dan live-action, di mana semenjak tahun itu terjadi peningkatan hebat dalam kualitas genre tersebut, yang kemudian berujung pada gelegar The Avengers awal Juni lalu. TDKR, yang digadang-gadang meneruskan kejayaan TDK, kemudian menjadi harapan banyak pihak bahwa ini akan menjadi masterpiece selanjutnya dari Nolan. Tapi apakah harapan ini menjadi nyata?

Kecurigaan saya terhadap film ini berawal dari dua bulan terakhir, di mana sangat minim sekali ditemukan media promosi maupun viral marketing untuk TDKR. Tentunya kita masih ingat bagaimana TDK empat tahun lalu menciptakan viral marketing dengan sangat baik, melalui website Joker-nya, dan media promosinya dengan sangat gencar berjalan. Akan tetapi tidak sama dengan saat ini, di mana bahkan hingga 12 hari menjelang premier tak ada promosi yang begitu gencar. Hal ini justru berkebalikan dengan The Amazing Spider-Man (TASM) yang berebut massa dengan dekatnya masa pemutaran dengan TDKR, di mana TASM sangat kuat mempenetrasi pasar. Mengapa? Apakah pihak Warner Bros memandang TDKR sudah cukup ditunggu2, sehingga tidak perlu mengeluarkan usaha untuk promosi? Tak banyak berita yang diperoleh dari Comicon di mana katanya ada pemutaran terbatas dari film ini. Ini menimbulkan banyak pertanyaan. Bahkan Nolan terkesan tutup mulut soal film ini. Media dari film ini, seperti poster dan teaser bisa dibilang mengecewakan dan tidak kuat seperti dua film sebelumnya.

Tapi lupakan soal kecurigaan tersebut karena akhirnya film ini rilis juga di Indonesia. Sekarang marilah kita membahas soal film ini.

TDKR dimulai dengan seting cerita 8 tahun setelah TDK berlangsung, di mana Batman menghilang tanpa jejak, Gotham menjadi kota yang aman, dan Bruce Wayne menarik diri dari dunia dan menjadi sakit-sakitan. Meski demikian, kemunculan seorang pencuri cantik yang berhasil membobol rumahnya, membuat si Bruce ini perlahan-lahan tertarik lagi ke permukaan, dan kemudian dengan semakin rumitnya masalah, tanpa sadar terkonfrontasi dengan seorang prajurit bayaran yang tangguh, Bane, yang kemudian berniat menghancurkan kota Gotham menjadi abu.

Sebenarnya, untuk pembuatan film ini, Nolan tidak main-main, karena TDKR menjadi yang termahal dari trilogi The Dark Knight, dengan 250 juta dolar (sebagai bandingan, TDK 'hanya' menguras 180 juta dolar), dan ini dimanfaatkan Nolan dengan sangat 'benar'. Segalanya yang dapat anda harapkan dari blockbuster musim panas dapat ditemui di sini. Penonton yang belum puas 'berkenalan' dengan motor Batpod di TDK, akan dipertemukan dengan The Bat, semacam pesawat Batman yang bisa bermanuver di perkotaan. Selain itu, di mana dalam dua film sebelumnya The Tumbler hanya muncul satu biji, di TDKR The Tumbler akan bertebaran di mana-mana. Sedari awal, penonton sudah disodori berbagai adegan grandiose, seperti adegan 'The Raid' di udara, hingga kejar-kejaran Batman vs polisi, dan tentu saja, adegan peledakan lapangan American Football. Dalam hal efek, TDKR dapat disejajarkan dengan The Avengers, dan di satu sisi dapat membuat The Amazing Spiderman menjadi mainan anak kecil. Singkatnya, film ini bisa dikatakan bombastis. Namun, kemudian, apakah kebombastisan yang terus-menerus itu memang diperlukan?

Pada dasarnya, premis TDKR sangat sederhana, di mana kebaikan yang lemah dan diselimuti kepalsuan diuji oleh kejahatan yang sangat digdaya berkat dorongan kebencian dan dendam. Akan tetapi, sayangnya Nolan kurang begitu cermat dalam membedah tema ini, meskipun sampai harus menggunakan 164 menit untuk film ini. Dari diskusi dengan teman (Danis), terdapat sedikit kebingungan dalam pola dasar TDKR. Ketika Batman Begins memiliki tema rasa takut, lantas TDK memiliki tema kekacauan, maka apa tema utama dari TDKR? Kehancuran? Kebohongan? Harapan? Keinginan untuk membungkus dan mengumpulkan penghabisan dari trilogi ini membuat hampir tidak ditemukan satu tema spesifik yang membungkus dengan rapi kisah ini. Sepanjang cerita, yang ada hanya orang jahat yang sangat kuat yang bisa mengalahkan Batman. Dari sinilah, kemudian tema-tema kecil menjadi pengalih perhatian yang pada beberapa bagian menjadi cukup berhasil, yang utamanya berasal dari trademark Nolan, yaitu story-twisting. Jangan kecewa dengan ketiadaan tema besar, karena twist-twist khas Nolan tidak akan mengecewakan anda.

Ketiadaan tema besar ini menciptakan kegamangan dalam mengenali karakter-karakter dalam film ini. Eksplorasi karakter Batman kurang terjelaskan karena dalam film ini, Batman hanya diposisikan sebagai pihak yang pasti kalah dan menderita. Bane sendiri tidak memperoleh perkenalan yang memadai, dan peran sebagai the strongest bad guy bertahan di benak penonton, tanpa kejutan-kejutan berarti yang menggoda pendirian penonton terhadap Bane. Dalam contoh yang sama, The Joker dalam TDK diperkenalkan dengan cara yang sempurna, di mana penonton selalu dikejutkan dengan 'keanekaragaman' aksinya, dan bahkan melalui inkonsistensi masa lalunya. Tapi, dari tokoh Bane ini, sejak saaangat awal, tema besarnya adalah penjahat yang penjahat, dan itu sangat plain. Di sisi lain, tokoh-tokoh yang cenderung 'bersih' dari tema utama justru menjadi begitu menonjol, terutama dalam karakter Catwoman/Selina Kyle. Sayangnya, meski dengan durasi 2,5 jam, karakter ini muncul sangat kurang sehingga rasa dekat dengan karakter ini kurang terasa. Hal ini dapat dibandingkan dengan pengembangan karakter Irene Adler dalam serial Holmes BBC yang sangat baik dan menarik, dan berhasil menciptakan drama yang luar biasa. Di sini, Selina tampil menarik, namun berkembang tersendat. Ada missing link antara Selina Kyle yang menggoda, Catwoman yang kelewat perhitungan, dan hubungan emosinya dengan Batman. Hal ini sangat disayangkan karena sebenarnya, Anne Hathaway punya potensi yang sangat baik sebagai penerus legenda Catwoman. Beberapa adegan sangat baik dieksplorasi olehnya, terutama ketika dia menyaksikan pertarungan Batman vs Bane. Bisa dibilang, jika diberi sedikit kesempatan lagi, mungkin Anne Hathaway dapat menjadi scene stealer dari karakter Bane yang cenderung plain tadi. Gambar di atas, menjadi semacam penghormatan untuk Anne Hathaway dan keberaniannya untuk mencoba membawa Catwoman keluar dari bayang-bayang Michelle Pfeifer, dan mengembalikan nama baik Catwoman dari Halle Bery.

Satu lagi kekecewaan muncul dari lini sinematografi. Meskipun secara umum lini ini memadai, namun dalam beberapa detail, Wally Pfister agaknya kecolongan. Penyakit TDK yang tidak begitu rapi dalam kombinasi sinematografi-editing (seperti ketika adegan kejar2an Tumbler vs. Truk Harvey Dent-Joker) juga kembali muncul di TDKR. Beberapa scene penting beberapa kali kehilangan fokusnya, dan beberapa adegan yang berpotensi 'jaw-dropping' menjadi tidak tergarap maksimal karena eksplorasi sinematografi yang kurang, seperti dalam adegan Batman yang kabur dari kepungan, serta truk bom yang masuk kolong jembatan, yang kurang glorious ketimbang adegan truk jumpalitan di TDK atau kereta berisi Ra's Al Ghul yang masuk kolong gedung di Begins. Hal ini sebenarnya patut disayangkan karena porsi kamera IMAX di TDKR sangat banyak. Meski demikian, nampaknya TKDR cukup tertolong dengan bombardir musik dari Hans Zimmer, yang hanya melakukan sedikit penambahan, meski tidak sebanyak di TDK. Nolan mungkin mendapat pengaruh luar biasa dari Inception dengan musik latar yang tidak berhenti-berhenti memainkan emosi penonton. Di beberapa bagian, bahkan musik ini lebih berperan dalam mengaduk-aduk drama, ketimbang adegan yang terjadi.

Secara umum, TDKR bukanlah film yang buruk. Jika tidak diperbandingkan dengan The Dark Knight, The Avengers, dan film-film superhero lainnya, mungkin TDKR merupakan film yang cukup memuaskan. Akan tetapi, beban Nolan dalam memberikan legacy TDK terhadap film ini menciptakan harapan yang tinggi bagi siapapun yang menontonnya, sehingga tidak mudah bagi siapapun untuk puas dengan film ini. Meski demikian, Nolan dapat dinilai sangat berhasil menutup trilogi melalui TDKR, karena tidak mudah bagi siapapun untuk menutup trilogi yang 'tidak direncanakan' sebaik The Dark Knight Rises.


Nb: Oh ya, ada kecenderungan aneh yang muncul bulan2 ini, di mana kesalahan-kesalahan dasar film bagus yang muncul tahun ini pada dasarnya dimulai dari kesalahan teknis paling sederhana: Judul. Soegija-nya Garin, misalnya merupakan film yang sebenarnya sangat baik, jika tanpa judul Soegija. Demikian pula The Amazing Spiderman, yang menampilkan Spider-Man baru yang menarik dan segar, walaupun tidak amazing-amazing amat, hinggat pemilihan untuk mengulang kata The Dark Knight dalam TDKR yang membuatnya menjadi pewaris resmi TDK, dan dengan demikian harus siap diperbandingkan di manapun dengan TDK. Mungkin, seandainya Nolan memberi judul lain untuk TDKR, respon penonton mungkin akan lebih besar lagi. Namun, dalam perjalanan pulang setelah menonton, saya mencoba mencari-cari judul alternatif buat film ini, dan ternyata, sangat sulit.