23/03/11

REVERIE


reverie | maulvi dm | november 2010 | 10m36d


sinopsis

Seorang perempuan melaju sibuk di sebuah pedestrian berdebu. Matanya melirik pada sebuah tulisan yang tertulis di tiang listrik. Tulisan ini pulalah yang akan menautkan nasibnya dengan takdir dan keimanan seorang pemuda lugu yang sibuk dengan pikiran-pikirannya yang saling berperang satu sama lainnya. Tentang apakah Reverie ini? Tentang norma masyarakat, kata hati, patriotisme, fundamentalisme, masa lalu, keluarga, gairah, dan kebingungan-kebingungan masa muda yang tertampil dalam sebuah mimpi di siang bolong.


kru

Naskah : Maulvi DM, Nara Indra, Danistya K
Produser : Nara Indra
Kasting : Danistya K
Penata Seni : Lalik Lique
Sutradara : Maulvi DM
Sinematografi : Fitrianto Nugroho
Seksi sibuk : Borneo Adi
Editor : Maulvi DM
Musik Latar : Maulvi DM


pemain

Ridho Jun Prasetyo
Pijar Ramadhani
Danistya Kaloka
Brillian Permana
Borneo Adi
Maulvi DM



musik


"Run Ridho Run" - Maulvi / Budiman
"Ibu Anak" - Maulvi / Budiman
"Mengheningkan Cipta" - WR Supratman / Budiman
"Jangan Kentut" - Maulvi / Budiman

serta menggunakan tanpa pamit

" Vakansi " - Nona Sari & Tuan Riki / White Shoes & Couples Co.


penghargaan

~Best Editing~ Fiagramotion 2010
~Best Poster Design~ Fiagramotion 2010

_________________________________________________________________________________


catatan produksi

Reverie, adalah proyek pertama dari PTSF, dengan motivasi dasar untuk mengikuti sebuah kompetisi film pendek mahasiswa bergengsi di UGM, Fiagramotion 2010. Tergiur uang dan kemuliaan, dengan lantang para pemuda ini segera mencari ide dasar mengenai tema kompetisi, yaitu 'teknologi bukan hama sosial'.

Bukanlah sebuah kebetulan ketika momen pencanangan tekad itu menjadi tonggak pertama berdirinya sebuah klub film amatir tanpa nama di HI UGM, dan bukan kebetulan pula tanggal yang terpilih sebagai bulan lahirnya adalah Oktober 2010. Tanggal pastinya tidak begitu jelas, tapi kemungkinan besar adalah hari Rabu tanggal 20, di Taman Fisipol UGM ketika naskah fisik pertama Reverie lahir dan memulai perdebatan para personil.

Pada hari yang ditakdirkan itu pula, Gunung Merapi dinaikkan statusnya dari Normal menjadi Waspada. Tapi nampaknya hari itu tak ada di antara mereka yang mewaspadai hal itu.

Seminggu dua minggu pertama dihabiskan untuk pembuatan cerita yang terburu-buru, me-rehearsal pemain, dan dilanjutkan dengan kehidupan mahasiswa yang normal. Survei lokasi diadakan pada tanggal 26 Oktober ke arah Nanggulan, Kulonprogo. Dalam perjalanan pulang, sekitar pukul satu, sembari beristirahat di warung mie ayam, keringat dingin mengalir dari pipi para kru: di layar tivi tergambar Gunung Merapi telah melakukan erupsi pertamanya. Dan Mbah Maridjan menghilang.

suasana rehearsal

Akan tetapi Jogja tetap cerah, kampus tetap ramai, dan pengambilan hari pertama dilakukan di kampus. Semua berjalan baik. Malamnya dilakukan reading untuk adegan pedestrian. Hari Jum'at, tanggal 29 pengambilan gambar di kos-kosan Borneo. Setelah sholat Jum'at muncul berita baru, Mbah Maridjan ditemukan, bersujud, terbakar dalam erupsi. Masih belum mendapat petunjuk, jadwal pengambilan gambar berturut tanggal 30 dan 31 Oktober keesokan harinya tidak berubah.

Baru malamnya horor terjadi. Dentum demi dentum menghajar telinga semua orang Jogja yang tertidur. Tapi kejutan baru muncul keesokannya karena ternyata pada hari pengambilan gambar di pedestrian, ruang terbuka, justru sekujur Jogja dilumuri abu vulkanik tebal berwarna putih. Semua survei, perhitungan warna, hilang dalam sekejap. Tapi, medan ini justru menjadi perjuangan keras.

Sepanjang hari, pengambilan gambar dilakukan. Pertama adegan di TransJogja, karena dari survei, pukul 9 adalah waktu paling sepi bagi bis TransJogja, jurusan Jombor-CondongCatur. Merekam adegan dari dalam bis serasa menyaksikan Jogja diserbu badai salju. Selesai adegan bis, dilanjutkan adegan pedestrian. Aktris Iris dan aktor Ridho berjumpalitan bergumul dengan lantai pedestrian Mangkubumi yang penuh debu. Selesai dhuhur, dalam kemendungan asap Merapi yang menutupi Jogja dan bulir abu vulkanik yang terus turun, lokasi berlanjut ke Pasar Klithikan, ke kounter HP teman dari teman kami, Acip.

Keesokannya, Minggu, kita beralih ke rumah saudara Danis di Nanggulan. Meski beragama Kristen, uniknya kami menggunakan rumahnya sebagai setting 'musolla pesantren' untuk adegan ceramah Pak Haji yang dimainkan Fitrianto Nugroho.

suasana pengambilan di Nanggulan

Tentu semua datang dengan menggunakan masker, karena meski tidak sampai ke Nanggulan, abu vulkanik tetap menghantui sepanjang perjalanan. Di lokasi ini pula masa lalu Herman, tokoh utama kita juga digambarkan.

Dan pada saat yang bersamaan, seorang Agi Ekasaputro sedang sibuk menerobos jalan menuju dusun-dusun paling ujung di lereng Merapi, bersama satuan Menwa-nya. Dia belum tahu takdir apa yang akan menunggunya nanti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar