resensi oleh Maulvi
The Dark Knight Rises (TDKR) adalah salah satu film yang
paling diantisipasi dalam setahun ini, bahkan mungkin dalam tiga tahun
terakhir, terutama karena kehebatan The Dark Knight (TDK) pada 2008 lalu.
Christoper Nolan, yang sebelumnya belum terlalu terlihat seakan menemukan
panggungnya di mata sineas dunia, di mana kemudian film-film terdahulunya
kembali dilihat dan diagung-agungkan. TDK menciptakan gelombang baru dalam
genre film super-hero dan live-action, di mana semenjak tahun itu terjadi
peningkatan hebat dalam kualitas genre tersebut, yang kemudian berujung pada
gelegar The Avengers awal Juni lalu. TDKR, yang digadang-gadang meneruskan
kejayaan TDK, kemudian menjadi harapan banyak pihak bahwa ini akan menjadi
masterpiece selanjutnya dari Nolan. Tapi apakah harapan ini menjadi nyata?
Kecurigaan saya terhadap film ini berawal dari dua bulan
terakhir, di mana sangat minim sekali ditemukan media promosi maupun viral
marketing untuk TDKR. Tentunya kita masih ingat bagaimana TDK empat tahun lalu
menciptakan viral marketing dengan sangat baik, melalui website Joker-nya, dan
media promosinya dengan sangat gencar berjalan. Akan tetapi tidak sama dengan
saat ini, di mana bahkan hingga 12 hari menjelang premier tak ada promosi yang
begitu gencar. Hal ini justru berkebalikan dengan The Amazing Spider-Man (TASM)
yang berebut massa dengan dekatnya masa pemutaran dengan TDKR, di mana TASM
sangat kuat mempenetrasi pasar. Mengapa? Apakah pihak Warner Bros memandang
TDKR sudah cukup ditunggu2, sehingga tidak perlu mengeluarkan usaha untuk
promosi? Tak banyak berita yang diperoleh dari Comicon di mana katanya ada
pemutaran terbatas dari film ini. Ini menimbulkan banyak pertanyaan. Bahkan
Nolan terkesan tutup mulut soal film ini. Media dari film ini, seperti poster
dan teaser bisa dibilang mengecewakan dan tidak kuat seperti dua film
sebelumnya.
Tapi lupakan soal kecurigaan tersebut karena akhirnya film
ini rilis juga di Indonesia. Sekarang marilah kita membahas soal film ini.
TDKR dimulai dengan seting cerita 8 tahun setelah TDK
berlangsung, di mana Batman menghilang tanpa jejak, Gotham menjadi kota yang
aman, dan Bruce Wayne menarik diri dari dunia dan menjadi sakit-sakitan. Meski
demikian, kemunculan seorang pencuri cantik yang berhasil membobol rumahnya,
membuat si Bruce ini perlahan-lahan tertarik lagi ke permukaan, dan kemudian
dengan semakin rumitnya masalah, tanpa sadar terkonfrontasi dengan seorang
prajurit bayaran yang tangguh, Bane, yang kemudian berniat menghancurkan kota
Gotham menjadi abu.
Sebenarnya, untuk pembuatan film ini, Nolan tidak main-main,
karena TDKR menjadi yang termahal dari trilogi The Dark Knight, dengan 250 juta
dolar (sebagai bandingan, TDK 'hanya' menguras 180 juta dolar), dan ini
dimanfaatkan Nolan dengan sangat 'benar'. Segalanya yang dapat anda harapkan
dari blockbuster musim panas dapat ditemui di sini. Penonton yang belum puas
'berkenalan' dengan motor Batpod di TDK, akan dipertemukan dengan The Bat,
semacam pesawat Batman yang bisa bermanuver di perkotaan. Selain itu, di mana
dalam dua film sebelumnya The Tumbler hanya muncul satu biji, di TDKR The
Tumbler akan bertebaran di mana-mana. Sedari awal, penonton sudah disodori
berbagai adegan grandiose, seperti adegan 'The Raid' di udara, hingga
kejar-kejaran Batman vs polisi, dan tentu saja, adegan peledakan lapangan
American Football. Dalam hal efek, TDKR dapat disejajarkan dengan The Avengers,
dan di satu sisi dapat membuat The Amazing Spiderman menjadi mainan anak kecil.
Singkatnya, film ini bisa dikatakan bombastis. Namun, kemudian, apakah
kebombastisan yang terus-menerus itu memang diperlukan?
Pada dasarnya, premis TDKR sangat sederhana, di mana
kebaikan yang lemah dan diselimuti kepalsuan diuji oleh kejahatan yang sangat
digdaya berkat dorongan kebencian dan dendam. Akan tetapi, sayangnya Nolan
kurang begitu cermat dalam membedah tema ini, meskipun sampai harus menggunakan
164 menit untuk film ini. Dari diskusi dengan teman (Danis), terdapat sedikit
kebingungan dalam pola dasar TDKR. Ketika Batman Begins memiliki tema rasa
takut, lantas TDK memiliki tema kekacauan, maka apa tema utama dari TDKR?
Kehancuran? Kebohongan? Harapan? Keinginan untuk membungkus dan mengumpulkan
penghabisan dari trilogi ini membuat hampir tidak ditemukan satu tema spesifik
yang membungkus dengan rapi kisah ini. Sepanjang cerita, yang ada hanya orang
jahat yang sangat kuat yang bisa mengalahkan Batman. Dari sinilah, kemudian
tema-tema kecil menjadi pengalih perhatian yang pada beberapa bagian menjadi
cukup berhasil, yang utamanya berasal dari trademark Nolan, yaitu
story-twisting. Jangan kecewa dengan ketiadaan tema besar, karena twist-twist
khas Nolan tidak akan mengecewakan anda.
Ketiadaan tema besar ini menciptakan kegamangan dalam
mengenali karakter-karakter dalam film ini. Eksplorasi karakter Batman kurang
terjelaskan karena dalam film ini, Batman hanya diposisikan sebagai pihak yang
pasti kalah dan menderita. Bane sendiri tidak memperoleh perkenalan yang
memadai, dan peran sebagai the strongest bad guy bertahan di benak penonton,
tanpa kejutan-kejutan berarti yang menggoda pendirian penonton terhadap Bane.
Dalam contoh yang sama, The Joker dalam TDK diperkenalkan dengan cara yang
sempurna, di mana penonton selalu dikejutkan dengan 'keanekaragaman' aksinya,
dan bahkan melalui inkonsistensi masa lalunya. Tapi, dari tokoh Bane ini, sejak
saaangat awal, tema besarnya adalah penjahat yang penjahat, dan itu sangat
plain. Di sisi lain, tokoh-tokoh yang cenderung 'bersih' dari tema utama justru
menjadi begitu menonjol, terutama dalam karakter Catwoman/Selina Kyle.
Sayangnya, meski dengan durasi 2,5 jam, karakter ini muncul sangat kurang
sehingga rasa dekat dengan karakter ini kurang terasa. Hal ini dapat
dibandingkan dengan pengembangan karakter Irene Adler dalam serial Holmes BBC
yang sangat baik dan menarik, dan berhasil menciptakan drama yang luar biasa.
Di sini, Selina tampil menarik, namun berkembang tersendat. Ada missing link
antara Selina Kyle yang menggoda, Catwoman yang kelewat perhitungan, dan
hubungan emosinya dengan Batman. Hal ini sangat disayangkan karena sebenarnya,
Anne Hathaway punya potensi yang sangat baik sebagai penerus legenda Catwoman.
Beberapa adegan sangat baik dieksplorasi olehnya, terutama ketika dia
menyaksikan pertarungan Batman vs Bane. Bisa dibilang, jika diberi sedikit kesempatan
lagi, mungkin Anne Hathaway dapat menjadi scene stealer dari karakter Bane yang
cenderung plain tadi. Gambar di atas, menjadi semacam penghormatan untuk Anne
Hathaway dan keberaniannya untuk mencoba membawa Catwoman keluar dari
bayang-bayang Michelle Pfeifer, dan mengembalikan nama baik Catwoman dari Halle
Bery.
Satu lagi kekecewaan muncul dari lini sinematografi.
Meskipun secara umum lini ini memadai, namun dalam beberapa detail, Wally
Pfister agaknya kecolongan. Penyakit TDK yang tidak begitu rapi dalam kombinasi
sinematografi-editing (seperti ketika adegan kejar2an Tumbler vs. Truk Harvey
Dent-Joker) juga kembali muncul di TDKR. Beberapa scene penting beberapa kali
kehilangan fokusnya, dan beberapa adegan yang berpotensi 'jaw-dropping' menjadi
tidak tergarap maksimal karena eksplorasi sinematografi yang kurang, seperti
dalam adegan Batman yang kabur dari kepungan, serta truk bom yang masuk kolong
jembatan, yang kurang glorious ketimbang adegan truk jumpalitan di TDK atau
kereta berisi Ra's Al Ghul yang masuk kolong gedung di Begins. Hal ini
sebenarnya patut disayangkan karena porsi kamera IMAX di TDKR sangat banyak.
Meski demikian, nampaknya TKDR cukup tertolong dengan bombardir musik dari Hans
Zimmer, yang hanya melakukan sedikit penambahan, meski tidak sebanyak di TDK.
Nolan mungkin mendapat pengaruh luar biasa dari Inception dengan musik latar
yang tidak berhenti-berhenti memainkan emosi penonton. Di beberapa bagian,
bahkan musik ini lebih berperan dalam mengaduk-aduk drama, ketimbang adegan yang
terjadi.
Secara umum, TDKR bukanlah film yang buruk. Jika tidak
diperbandingkan dengan The Dark Knight, The Avengers, dan film-film superhero
lainnya, mungkin TDKR merupakan film yang cukup memuaskan. Akan tetapi, beban
Nolan dalam memberikan legacy TDK terhadap film ini menciptakan harapan yang
tinggi bagi siapapun yang menontonnya, sehingga tidak mudah bagi siapapun untuk
puas dengan film ini. Meski demikian, Nolan dapat dinilai sangat berhasil
menutup trilogi melalui TDKR, karena tidak mudah bagi siapapun untuk menutup
trilogi yang 'tidak direncanakan' sebaik The Dark Knight Rises.
Nb: Oh ya, ada kecenderungan aneh yang muncul bulan2 ini, di
mana kesalahan-kesalahan dasar film bagus yang muncul tahun ini pada dasarnya
dimulai dari kesalahan teknis paling sederhana: Judul. Soegija-nya Garin,
misalnya merupakan film yang sebenarnya sangat baik, jika tanpa judul Soegija.
Demikian pula The Amazing Spiderman, yang menampilkan Spider-Man baru yang
menarik dan segar, walaupun tidak amazing-amazing amat, hinggat pemilihan untuk
mengulang kata The Dark Knight dalam TDKR yang membuatnya menjadi pewaris resmi
TDK, dan dengan demikian harus siap diperbandingkan di manapun dengan TDK.
Mungkin, seandainya Nolan memberi judul lain untuk TDKR, respon penonton
mungkin akan lebih besar lagi. Namun, dalam perjalanan pulang setelah menonton,
saya mencoba mencari-cari judul alternatif buat film ini, dan ternyata, sangat
sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar