move,on
get a life | lalik lique | februari 2012 | 10m00d
sinopsis
Ada seorang gadis yang sedang tertegun di dalam kamar kosnya. Barang-barang semua sudah rapi terbungkus, siap meninggalkan tempat itu. Hanya beberapa foto yang masih terpasang, menyisakan cerita-cerita yang belum selesai.
kru
Ide
cerita : Lalik Lique
Naskah
: Maulvi DM
Manajer
Produksi : Nara Indra
Penata
Seni : Satwika Paramasatya
Kasting
: Danistya Kaloka
Sinematografi
: Maulvi DM
Kru
tambahan : Agi Ekasaputro
Sutradara
: Lalik Lique
Editor
: Maulvi DM
pemain
Egiet
W. Hapsari
Lalik
Lique
Danang
Arif
musik
digunakan tanpa pamit
"Confession of Emptyress" - Homogenic
"Transmutasi" - Homogenic
"Transmutasi" - Homogenic
_________________________________________________________________________________
catatan
produksi
Cerita
pertama:
Move On
direncanakan pada masa-masa kritis di angkatan 2007 HI UGM, ketika
mahasiswa-mahasiswa ini mulai panik dan ketakutan dengan masa depan mereka. Ada
beberapa dari mereka yang tidak mau lepas dari masa lalu mereka, ada juga yang
belum berani melaju ke masa depan mereka. Kekalutan ini pun juga muncul
terutama dalam berbagai sosial media, di mana tiap-tiap mahasiswa dan eks
mahasiswa mulai saling balas membalas dan debat mendebat, sampai tiba-tiba
muncul sebuah teks dari Pilar yang mengomentari segala kekacauan ini dengan
keras: Move On! Get a life!
Cerita
kedua:
Di saat
yang bersamaan, Lalik menghadapi kegalauan yang tak kalah hebatnya, setidaknya
untuk dia. Kebingungan-kebingungannya tak terjawab, karena sebagian besar dari
tim PTSF adalah lelaki, dan sudah jadi pemeo bahwa lelaki tidak bisa memahami
perempuan. Curhat-curhatnya hanya menerawang ke angkasa, menyisakan tanda tanya
di setiap jidat lelaki di PTSF. Apa ini soal cinta? Apa ini soal masa depan?
Apa ini soal cari kerja? Apa ini soal persahabatan? Tak ada dari kami yang bisa
menerka, apa yang gadis ini maksud, ya sudah, akhirnya kami menyodori saja
kertas naskah pada Lalik. "Lik, tulis ceritamu dalam bentuk tulisan
pendek, 1000 kata, TNR 12pt, spasi ganda. Nanti akan kami terjemahkan dalam
bentuk film.
Cerita
ketiga:
Kegalauan
Lalik semakin memuncak, dia memutuskan untuk pindah kos. Momen inilah yang
tidak kami sia-siakan, -bukan, bukan untuk membantu dia pindah kos- untuk
dijadikan sebuah scene dalam film. Jarang-jarang ada orang pindah kos, dan
jarang-jarang pindah kos itu bisa didramatisir.
Lalik menata dan mengecek properti syuting. |
Yang
sangat menantang adalah tentu saja karena ini adalah kos perempuan, dan yang
kedua karena kita hanya bisa ambil gambar diam-diam sementara ibu kosnya
berplesiran. Kami punya tenggat bahwa sudah tidak boleh ada bekas sisa-sisa
pengambilan gambar ketika ibu kosnya pulang. Dan yang ketiga, karena, hampir
sama dengan Dying Ducks #1, para aktris dan aktornya baru mengerti cerita dan
naskahnya setelah sampai di lokasi. Yang lebih gila lagi, aktrisnya, Egiet
Hapsari, baru ditemukan oleh tim casting (Danistya Kaloka) 12 jam sebelum
pengambilan gambar dimulai.
Laliq,
mencoba menjelaskan storyboard pada para kru dan pemain. Lihat, storyboard itu
terpasang di springbed yang siap dipindahkan. Lihat juga, di belakangnya ada
ibu-ibu dan mas-mas yang mengamati dengan pandangan awas kepada kami. Tepat di
belakang Laliq ada Nara yang bersembunyi.
Banyak
tantangan ini, membuat Lalik sedemikian stresnya. Bayangkan, di satu sisi, dia
sedang galau, di sisi lain dia sedang pindah kos (yang ini saja sudah bikin
pusing), di sisi lain, dia sedang memimpin produksi film, di sisi lainnya lagi
dia mendapat tekanan konstan bahwa ibu kosnya bisa datang kapan saja, dan di
satu sisi lain yang terakhir ada banyak pria yang mengubek-ubek kamar kosnya
dan tentu saja kos-kosan putrinya, yang bikin banyak penghuni lain berkerut
dahi. Jika saat itu Lalik sedang kedatangan tamu bulanan, pasti tambah dramatis
lagi keadaannya.
Cerita
keempat:
Tertera
pesan editor dalam karya jadi film ini:
"..dan
bagaimana kau telah menjelma sebagai ibu tiri bagi kandunganmu sendiri.."
-
Audrey Krietzlowick
trivia
- Istilah Move On, Get A Life, berasal dari status seorang teman di facebook, [Pilar].
- Hujan di akhir cerita adalah musibah yang berubah menjadi berkah.
- Film ini dibuat dengan tekanan waktu yang sangat besar, karena hanya bisa dikerjakan selagi pemilik kos Lalik bepergian dengan keluarganya, dan harus selesai sebelum mereka kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar